Beranda | Artikel
Baiknya Hati dengan Iman
Rabu, 6 September 2023

Bersama Pemateri :
Syaikh Abdurrazzaq bin Abdil Muhsin Al-Badr

Baiknya Hati dengan Iman adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan Hadits-Hadits Perbaikan Hati. Pembahasan ini disampaikan oleh Syaikh Prof. Dr. ‘Abdurrazzaq bin ‘Abdil Muhsin Al-‘Abbad Al-Badr pada Senin, 18 Safar 1445 H / 4 September 2023 M.

Kajian Islam Ilmiah Tentang Baiknya Hati dengan Iman

Tidaklah seorang manusia melakukan gerakan, diam, atau melakukan kegiatan apapun, atau meninggalkan sesuatu, kecuali mengikuti keinginan segumpal daging ini. Dan tidak mungkin ada anggota tubuh yang tidak nurut pada segumpal daging ini.

Oleh karena itu, jika qalbu seseorang baik, berisi keimanan, ilmu, dan amalan-amalan hati, maka pasti seluruh anggota tubuhnya juga ikut baik. Demikian juga perkataan, amal, dan juga keimanan pun akan menjadi baik.

Maka, seorang hamba sangat perlu untuk memperhatikan kondisi segumpal daging ini. Dia harus berusaha memperbaiki, membersihkan, mensucikan, dan menghilangkan segala kotorannya. Karena ini pengaruhnya sangat luar biasa.

Di antara doa yang diriwayatkan dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, adalah doa yang diriwayatkan dari Sahabat Zaid bin Arqam Radhiyallahu ‘Anhu, beliau berkata: “Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berdoa:

اللَّهُمَّ آتِ نَفْسِي تَقْوَاهَا وَزَكِّهَا أَنْتَ خَيْرُ مَنْ زَكَّاهَا، أَنْتَ وَلِيُّهَا وَمَوْلَاهَا

“Ya Allah berilah ketakwaan kepada jiwaku. Sucikanlah jiwaku, karena Engkau adalah sebaik-baik yang mensucikan jiwaku. Engkau adalah pemilik jiwaku, dan Engkau yang mengurusi jiwaku.” (HR. Muslim)

Terkait dengan masalah ini, ada perkara yang harus diperhatikan, dan sangat penting diperhatikan oleh hati, yaitu apa tujuan diciptakannya hati manusia. Tujuan tersebut ternyata adalah mentauhidkan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan mengikhlaskan agama hanya untuk Allah Subhanahu wa Ta’ala. Maka hati harus mengecek sejauh mana dia mewujudkan tujuan ini. Terkait dengan hal ini, ada dua model hati: pertama, model hati yang baik; dan kedua, model hati yang buruk.

Hati Yang Baik

Adapun model hati yang baik, yaitu hati yang sibuk untuk mentauhidkan Allah, sibuk bertawakal kepada Allah, memikirkan kebaikan, memikirkan ilmu, dan berusaha mewujudkan tauhid kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Jika ada hati seorang seperti ini, berarti dia telah meletakkan hatinya pada posisi yang tepat. Hati yang seperti ini memiliki dua ciri.

Ciri pertama adalah hati tersebut semangat untuk berilmu tentang kebenaran, semangat untuk mengamalkan kebenaran, tunduk kepada kebenaran, dan berusaha mewujudkan tauhid.

Ciri kedua adalah hati tersebut berusaha menjauh dari kebatilan, dan selalu waspada agar tidak sampai terjerumus dalam kebatilan.

Hati yang seperti ini dapat disebut dengan القلب الزاكي (hati yang suci), atau القلب الطاهر (hati yang bersih), atau القلب السليم (hati yang selamat). Nama-nama ini menunjukkan akan selamatnya hati dari keburukan. Bahwa hati tersebut bersih dari kotoran, keburukan, dan penyakit-penyakit.

Hati Yang Buruk

Adapun model hati yang kedua adalah hati yang buruk, yang selalu mencari kebatilan, selalu berpaling dari tauhid, dan tidak ingin menjalankan tauhid. Padahal hati tersebut diciptakan untuk mentauhidkan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Hati yang seperti ini juga memiliki dua ciri.

Ciri pertama adalah hati tersebut semangat untuk melakukan kebatilan, sibuk dengan kebatilan, jauh dari tauhid. Ciri kedua adalah hati tersebut berpaling dari kebenaran, tidak menerima kebenaran.

Maka pada hakikatnya ada dua penyakit yang menimpa hati yang buruk ini. Penyakit yang pertama adalah menjauh dari kebenaran, dan penyakit yang kedua adalah semangat melakukan kebatilan. Masing-masing penyakit ini memiliki dampak-dampak yang sangat buruk dan hasil-hasil yang sangat jelek.

Kebatilan yang menjadikan hati berpaling dari tauhid memiliki dua model.

Kebatilan pertama adalah kebatilan yang memalingkan hati dari kebenaran, dimana kebatilan tersebut ikut mengisi hati tetapi tidak ada penentangan. Ini seperti pemikiran-pemikiran, kesedihan, kegelisahan, atau syahwat yang muncul akibat keterikatan dengan dunia. Dia tidak menentang tauhid tetapi mengisi hati sehingga tempat bagi tauhid semakin berkurang dalam hati.

Adapun model kebatilan kedua adalah kebatilan yang bukan hanya mengisi hati, tetapi bahkan menentang tauhid. Contohnya adalah pemikiran-pemikiran yang rusak, kekufuran, kemunafikan, syubhat-syubhat, bid’ah-bid’ah. Model kedua ini tidak hanya mengisi hati, tetapi dia menolak tauhid.

Tauhid Sebagai Obat Hati

Untuk mengatasi kebatilan model pertama, obatnya adalah memurnikan hati untuk mentauhidkan Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan iman yang shahih. Mengingatkan bahwa hati diciptakan untuk mentauhidkan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan tidak sibuk dengan perkara-perkara yang lain. Ketika ada perkara dunia yang menyedihkan, maka seseorang memurnikan tauhidnya kembali agar hal-hal yang mengambil ruang di hatinya itu bisa keluar.

Di antara hadits-hadits terkait dengan hal ini adalah yang datang dari Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘Anhuma, bahwasannya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ketika mendapati permasalahan yang berat, penderitaan, maka beliau mengucapkan kalimat tauhid:

 لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ الْعَظِيمُ الْحَلِيمُ ، لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ ، لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ رَبُّ السَّمَوَاتِ وَرَبُّ الْأَرْضِ وَرَبُّ الْعَرْشِ الْكَرِيمِ

“Tidak ada sesembahan yang berhak disembah melainkan Allah, Yang Maha Agung, Yang Maha Santun. Tidak ada sesembahan yang berhak disembah melainkan Allah Sang Pemilik Arsy Yang Agung. Tidak ada sesembahan yang berhak disembah melainkan Allah Sang Penguasa Langit, Bumi dan Arsy Yang Mulia.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengucapkan kalimat tauhid untuk menghilangkan penderitaan yang sedang dialami.

Demikian juga dari Asma binti Umais Radhiyallahu ‘Anha, beliau berkata: “Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata kepadaku:

أَلَا أُعَلِّمُكِ كَلِمَاتٍ تَقُولِينَهُنَّ عِنْدَ الْكَرْبِ أَوْ فِي الْكَرْبِ ؟ اللَّهُ اللَّهُ رَبِّي لَا أُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا

“Maukah aku ajarkan kepada engkau tentang doa-doa yang hendaknya engkau ucapkan tatkala sedang ditimpa dengan kesulitan? (Ucapkan:) ‘Allah, Allahu Rabbi Laa Usyriku bihi Syaia.’” (HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah)

Lihatlah ini adalah perkataan tauhid. Hal ini agar penderitaan yang dirasakan dalam hati seseorang bisa lepas. Jadi dia menguatkan tauhidnya dengan benar sehingga kesedihan dan kegelisan terusir dari hatinya.

Demikian juga hadits dari Abu Bakrah Radhiyallahu ‘Anhu, dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, beliau berkata:

دَعَوَاتُ الْمَكْرُوبِ : اللَّهُمَّ رَحْمَتَكَ أَرْجُو فَلَا تَكِلْنِي إِلَى نَفْسِي طَرْفَةَ عَيْنٍ وَأَصْلِحْ لِي شَأْنِي كُلَّهُ ، لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ

“Doanya orang yang sedang ditimpa dengan kesulitan dan penderitaan: “Ya Allah aku hanya mengharap kepada rahmatMu, jangan Engkau serahkan diriku kepada diriku sendiri meskipun hanya sekejap mata. Dan luruskan segala urusanku, tidak ada yang berhak disembah kecuali Engkau.” (HR. Abu Dawud)

Demikian juga dari Sa’ad bin Abi Waqqash Radhiyallahu ‘Anhu, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

دَعْوَةُ ذِي النُّونِ إِذْ دَعَا وَهُوَ فِي بَطْنِ الْحُوتِ : لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنْ الظَّالِمِينَ ، فَإِنَّهُ لَمْ يَدْعُ بِهَا رَجُلٌ مُسْلِمٌ فِي شَيْءٍ قَطُّ إِلَّا اسْتَجَابَ اللَّهُ لَهُ

“Doanya Nabi Yunus ketika dia berada dalam perut ikan paus, ‘Tidak ada yang berhak disembah kecuali Engkau Ya Allah, Maha Suci Engkau dari segala kesyirikan, sesungguhnya aku termasuk orang yang dzalim.’ Tidak seorang muslim pun berdoa dengan doa ini dalam perkara apapun, kecuali Allah akan kabulkan doanya.” (HR. Tirmidzi)

Seluruh doa-doa yang disebutkan dalam hadits-hadits tadi adalah kalimat-kaliamat iman, kalimat tauhid, kalimat ikhlas kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan jauh dari kesyirikan (segala bentuk kesyirikan, baik besar maupun kecil). Maka ini adalah dalil yang sangat tegas bahwasannya obat yang paling terbaik untuk membersihkan diri dari penderitaan, kegelisahan dan membersihkan hati adalah memperbaharui iman dan mengulang-ulang kalimat tauhid لا إله إلا الله.

Dengan iman dan kalimat tauhid tersebut, maka rasa gelisah dan rasa berat yang ada dalam dada akan hilang. Kemudian akan sirna gundah-gulana dan penderitaan. Tidak ada yang bisa menghilangkannya seperti kalimat لا إله إلا الله. Lalu bagaimana lagi jika seseorang mewujudkan tauhidnya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan dia tahu bahwa dia diciptakan untuk bertauhid kepadaNya? Maka ini adalah obat yang paling manjur. Karena ketika hati dipenuhi dengan tauhid dan ikhlas, kemudian disibukkan dengan perkara tauhid, maka semua kesedihan, kegelisahan, kesulitan, dan penderitaan akan lepas dari dadanya, digantikan oleh puncak kebahagiaan yang luar biasa.

Imam Ibnul Qayyim Rahimahullahu Ta’ala menjelaskan tentang hakikat hal ini, bahwasannya obat yang terbaik untuk menghadapi segala penderitaan adalah tauhid. Bahkan obat ini juga ditempuh oleh musuh-musuh Allah (selain wali-wali Allah Subhanahu wa Ta’ala). Beliau berkata: ” Ibnu yang menjelaskan tentang hal ini Beliau berkata: “Adapun musuh-musuh Allah, maka Allah selamatkan mereka dari penderitaan dunia dan kesulitan dunia sebagaimana Allah sebutkan dalam Al-Qur’an:

فَإِذَا رَكِبُوا فِي الْفُلْكِ دَعَوُا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ فَلَمَّا نَجَّاهُمْ إِلَى الْبَرِّ إِذَا هُمْ يُشْرِكُونَ

“Tatkala orang musyrikin sedang berlabuh di atas kapal di lautan kemudian diterpa dengan ombak yang dahsyat, maka mereka pun berdoa kepada Allah dengan memurnikan agama bagi Allah (mereka bertauhid ketika itu, mereka tidak berdoa kepada selain Allah). Namun ketika Allah selamatkan mereka bisa ke daratan kembali, mereka kembali berbuat kesyirikan.” (QS. Al-‘Ankabut[29]: 65)

Adapun wali-wali Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka Allah selamatkan mereka dari penderitaan dunia dan penderitaan akhirat. Oleh karenanya apa yang dilakukan oleh Yunus ‘Alaihis Salam ketika mengalami penderitaan, dia segera bersandar kepada tauhid dengan mengucapkan لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنْ الظَّالِمِينَ. Maka Allah Subhanahu wa Ta’ala menyelamatkan beliau dari kegelapan yang bertubi-tubi.

Bagaimana penjelasan lengkapnya? Mari download dan simak mp3 yang penuh manfaat ini.

Downlod MP3 Ceramah Agama Tentang Baiknya Hati dengan Iman


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/53289-baiknya-hati-dengan-iman/